
Nabire – Hari ini, tepat pada tanggal 25 Juli 2022, Provinsi Papua Tengah resmi ditetapkan melalui Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2022. Di halaman Kantor Gubernur Papua Tengah yang dipenuhi tenda-tenda rakyat, semangat itu kembali bergema. Gubernur Meki Nawipa berdiri di tengah rakyatnya, menyampaikan pidato penuh semangat dan refleksi dalam peringatan Hari Jadi Provinsi Papua Tengah yang ke-3.
Tiga tahun yang lalu, sebuah harapan baru menyala dari jantung tanah Papua. Bukan hanya sebagai hasil pemekaran administratif, tetapi sebagai buah dari jeritan panjang aspirasi rakyat, terutama Orang Asli Papua (OAP), yang selama ini merindukan pelayanan yang lebih dekat, pembangunan yang lebih merata, dan pengakuan terhadap identitas lokal mereka.
Dalam sorot mata yang tajam dan suara yang tenang tapi tegas, Nawipa tidak sekadar menyampaikan laporan. Ia menyuarakan mimpi, komitmen, sekaligus ajakan.
Dalam tiga tahun ini, Papua Tengah telah membuktikan bahwa usia muda bukan alasan untuk tertinggal. Pemerintahan provinsi mulai berjalan stabil, infrastruktur dasar mulai dibenahi dari jalan hingga bandara, dan pelayanan publik yang dulu terasa jauh kini perlahan mendekat ke kampung-kampung.
Di sisi lain, yang paling membanggakan adalah tumbuhnya partisipasi masyarakat dalam pembangunan. Dari Nabire hingga Puncak, warga mulai percaya: perubahan itu mungkin, dan mereka adalah bagiannya.
Mengusung tema “Ko Harus Sehat, Rakyat Sehat, UMKM Tangguh, Papua Tengah Terang”, Nawipa menjadikan momentum ulang tahun ini sebagai titik tolak arah pembangunan ke depan. Ia mengajak masyarakat Papua Tengah untuk melihat kesehatan bukan hanya sebagai urusan rumah sakit, tetapi sebagai pondasi utama kehidupan.
Program KO SEHAT yang diluncurkan hari ini menjadi langkah besar untuk memastikan setiap warga, terutama OAP, memiliki akses terhadap layanan kesehatan dasar, edukasi gizi, pencegahan stunting, dan pola hidup bersih.
Kegiatan-kegiatan yang menyertai seperti fun run, fun bike, hingga kampanye hidup sehat di arena Car Free Day (CFD) bukan sekadar hiburan. Mereka adalah bentuk nyata dari visi kesehatan yang berbasis komunitas. Pemerintah tidak hanya menunggu masyarakat datang ke puskesmas, tapi justru hadir langsung di tengah rakyat.
Dalam CFD yang digelar di Nabire dan Mimika, puluhan UMKM turut dilibatkan—mereka menjual makanan sehat, minuman herbal lokal, dan produk-produk kreatif yang mencerminkan kekayaan budaya Papua Tengah.
Gubernur Nawipa pun menaruh perhatian besar pada sektor ekonomi rakyat. Baginya, kekuatan ekonomi Papua Tengah justru terletak pada mereka yang kecil namun tangguh: pelaku UMKM.
Melalui pelatihan, bantuan modal, pendampingan koperasi, dan akses pemasaran, pemerintah provinsi mendorong agar usaha kecil di kampung-kampung bisa naik kelas. Bukan hanya berjualan di pasar lokal, tetapi suatu hari bisa menembus pasar nasional.
Namun “Papua Tengah Terang” bukan hanya tentang listrik dan lampu yang menyala. Bagi Nawipa, terang berarti wilayah yang terkoneksi melalui transportasi udara dan darat; birokrasi yang bersih dan transparan; masyarakat yang mendapatkan pendidikan layak; serta pelayanan yang adil hingga ke titik terjauh.
Pemerintah bekerja keras memastikan setiap anak Papua Tengah bisa bersekolah. Program pendidikan gratis dan bantuan untuk yayasan lokal terus diperluas, sebagai upaya mencetak generasi baru yang tercerahkan tanpa kehilangan akar budaya mereka.
Tak hanya itu, Nawipa juga membuka mata publik terhadap persoalan kemanusiaan yang selama ini tersembunyi. Ia menyampaikan bahwa pemerintah telah memberikan perhatian khusus kepada masyarakat pengungsi akibat konflik, serta bantuan kesehatan ke wilayah-wilayah yang selama ini terpinggirkan.
Bahkan, hingga hari ini, lebih dari 40.000 kartu BPJS gratis telah diberikan kepada masyarakat Papua Tengah sebagai bukti konkret bahwa negara hadir.
“Perayaan ini bukan seremoni kosong,” kata Nawipa dengan nada yang dalam. “Ini adalah ruang edukasi, ruang kolaborasi, dan ruang refleksi. Kita harus bertanya—apa yang telah kita capai? Dan apa yang masih menjadi pekerjaan rumah kita bersama?”
Meki Nawipa tak lupa mengajak seluruh elemen masyarakat untuk bersama-sama menjaga dan membangun Papua Tengah. Ia menyebut satu per satu: tokoh adat, tokoh agama, pemuda, perempuan, pengusaha, akademisi, hingga media. Baginya, membangun Papua Tengah bukan pekerjaan satu orang, satu dinas, atau satu kelompok saja. Ini tugas bersama, ini rumah bersama.
Dan sore itu, saat matahari mulai condong ke barat dan bayang-bayang tenda rakyat jatuh memanjang di atas aspal Nabire, satu hal terasa nyata: Papua Tengah sedang bergerak. Bukan dengan gegap gempita, tetapi dengan langkah pasti. Menuju masa depan yang sehat, kuat, dan terang. (*)