
Nabire – Pemerintah Provinsi (Pemprov) Papua Tengah menggelar Festival Persahabatan bersama Dr. Peter Youngren di Nabire selama empat hari, Kamis, (16/10) sampai Minggu, (19/10/2025) di area bandara lama. Festival tersebut merupakan perayaan kasih, kebersamaan dan kemanusiaan yang melampaui batas-batas agama, suku dan bangsa.
Kehadiran Dr. Peter Younger di Papua Tengah, menurut Gubernur Meki Nawipa, adalah sebuah kehormatan besar bagi kami. Pasalnya, kata dia, Doktor Peter dikenal luas di berbagai negara karena pelayanannya yang menembus sekat dan perbedaan, membawa pesan: “God’s live cancels hatred, suspicion and discrimination people, religions dan cultures”.
“Pesan ini sejalan dengan nilai-nilai yang kami hidupi di Papua Tengah, tanah yang damai, penuh kasih dan kaya akan keberagaman. Di tanah ini, kami belajar bahwa kasih Tuhan tidak pernah memiliki warna kulit, bahasa atau adat. Kasih itu datang bagi semua orang. Dan selama kasih itu tinggal di hati kita, maka tak ada ruang bagi kenbencian, prasangka atau permusuhan,” ujar Gubernur Meki.
Orang nomor satu di Papua Tengah ini mengeaskan, kehadiran Doktor Peter merupakan sebuah kehormatan dan sekaligus penguingat bahwa Papua Tengah adalah tanah damai, tanah yang diberkati dengan keberagaman dan yang terus berjuang menjaga harmoni di tengah perbedaan.
Sebagai provinsi baru, lanjut Nawipa, papua tengah sednag menapaki jalan panjang pembangunan. Kami sedang membangun jalan, jembatan, sekiolah, rumah sakit dan berbabagi infrastruktur yang lebih penting dari semua itu ialah membangun manusia Papua Tengah yang damai, terbuka dan berakar dalam nilai-nilai kasih Tuhan.
“Karena kami percaya pembangunan tanpa kasih hanyalah kemajuan tanpa jiwa. Tapi pembangunan dengan kasih akan melahirkan masyarakat yang kuat, bersatu dan penuh harapan,” katanya.
Melalui Festival Persahabatan ini, ia berkeinginan semua pihak baik itu pemerintah, tokoh agama, tokoh adat, komunitas, generasi muda bahkan sahabat lain dari luar negeri untuk menjadikan festival sebagai momentum kebangkitan spritual dan sosial Papua Tengah.
“Mari kita jadikan tanah ini sebagai rumah bagi perdamaian, tempat di mana semua orang diterima, dihargai, dan dicintai. Mari kita nyalakan pelita kasih yang tidak akan padam oleh kebencian, dan kita teruskan api persahabatan ini agar menyala di hati setipa orang yang datang ke Papua Tengah,” ujarnya. (*)