Nabire — Misi besar Gubernur Papua Tengah Meki Nawipa, SH dan Wagub Deinas Geley, S.Sos, M.Si untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan prestasi siswa di wilayah Papua Tengah sudah semakin nyata. Mulai dari pembukaan Mepa Boarding School di Nabire, biaya sejumlah siswa ke luar Papua dan kini secara resmi orang nomor satu di Papua Tengah ini melauncing dan memulai program Sekolah Sepanjang Hari (SSH) yang dipusatkan di SD Inpres Nifasi, distrik Makimi, kabupaten Nabire pada hari Jumat, (14/11/2025).
“Program Sekolah Sepanjang Hari (SSH) di Papua Tengah adalah sistem pendidikan yang mengharuskan siswa berada di sekolah dari pagi hingga sore hari, tidak hanya untuk belajar akademik tetapi juga untuk pembinaan karakter, kreativitas dan keterampilan,” ujar Gubernur Meki Nawipa sebelum launching.

Program ini juga bertujuan untuk meningkatkan kualitas pendidikan, terutama di daerah 3T, melalui kegiatan tambahan seperti penyediaan makanan bergizi dan pengembangan minat serta bakat di bidang seni, olahraga, dan lainnya.
Menurut Nawipa, satuan pendidikan SD, SMP dan SMA secara aturan berada di tingkat kabupaten bukan di provinsi. Namun demikian, demi masa depan generasi penerus maka ia mengintervensi program tersebut agar kelak anak-anak Papua Tengah juga bisa menjadi tuan di atas negerinya sendiri.
“Secara aturan, SD, SMP dan SMA itu milik bupati bukan gubernur, tapi kami harus intervensi karena generasi penerus masa depan Papua Tengah lebih penting daripada menjadi bupati atau menjadi gubernur. Karena jabatan-jabatan ini kedepan mereka yang akan mewarisi kedepan,” katanya.

Dengan dilaunchingnya program itu, lanjut mantan Bupati Paniai ini, merasa bangga bahkan mengucapkan banyak terima kasih kepada kampus Universitas Papua (Unipa) Manokwari yang telah bekerjasama dengan pihaknya dalam mengelola program tersebut.
“Hari ini saya rasa bangga kita akan melauncing dan memulai program pendidikan sekolah sepanjang hari. Kampus UNIPA terimakasih banyak sudah kerjasama dengan Pemerintah Provinsi Papua Tengah,” ujarnya.
“Di delapan kabupaten se Papua Tengah ini sudah ada 10 sekolah yang akan menjadi motor penggerak SSH, di Nabire ada dua, Paniai, Dogiyai, Deiyai, Intan jaya, Puncak, Puncak Jaya dan Mimika langsung ditangani oleh Gubernur Papua Tengah,” kata Nawipa.
Ia menegaskan, program SSH bukan berarti bahwa kampus UNIPA akan mengambil alih sekolah, namun guru tetap mengajar di sekolah hingga jam 12 siang. Selanjutnya akan dilanjutkan dengan SSH sebab program itu hanya ekstrakurikuler.
“Para Kepala Dinas Pendidikan di delapan Kabupaten tetap kontrol sekolah-sekolah yang bakal dijadikan pusat SSH, karena SSH itu hanya ekstrakurikuler atau tambahan saja. Jadi jangan sampai orang berpikir bahwa SSH jalan baru sekolah tidak jalan karena kelakuan gurunya atau kepala sekolahnya membuat masalah. Jadi SSH itu untuk kasih makan anak-anak sekolah supaya bisa hidup baik dan belajar baik. Sekolah tetap jalan, setelah jam 12 siang barulah SSH masuk ditangani oleh kampus UNIPA. Sisi ini kita perlu sosialisasi supaya jangan sampai tidak paham,” ungkapnya.
Menurut Gubernur pertama di Papua Tengah ini, pendidikan adalah pilar utama pembangunan di Papua Tengah, bukan di sini saja tapi seluruh dunia. Setelah SSH, lanjut dia, pihaknya bakal membangun sekolah berpola asrama di delapan kabupaten.
“Tahun depan kita akan membangun sekolah berpola asrama di setiap ibukota kabupaten di delapan kabupaten se provinsi Papua Tengah. SSH jalan, sekolah berpola asrama juga jalan, tugas kita menaruh pondasi pendidikan di atas Papua Tengah ini. generasi penerus Papua Tengah melalui program pendidikan berkualitas,” ujarnya tegas.
SSH, kata dia merupakan investasi jangka panjang di Papua Tengah. Untuk itu, ia mengajak kepada para orang tua yang akan masak untuk anak sekolah merupakan bagian dari jemaat gereja setempat bisa menjadi pusat pengembangan ekonomi baru dalam keluarga dan gereja.
“Jadi masyarakat di sini tanam sayur, piara ayam, piara ikan supaya uang dari SSH tidak boleh keluar dari kampung Nifasi. Demikian juga di daerah lain yang akan dijadikan sebagai tempat Ssh. Jadi sekolah jalan, ekonomi bergerak, anak sekolah juga sehat dan pintar,” katanya.
“Sekolah sebagai pelaksana teknis, guru sebagai motor penggerak pembelajaran, orangtua sebagai mitra strategis dalam pendampingan dan masyarakat sebagai pengawasan sosial yang konstruktif. Mari kita kerjasama untuk kita mewujudkan cita-cita mulia ini untuk melihat besok harus lebih baik dari hari ini melalui kesuksesan anak-anak kita kedepan,” ujarnya. (*)

